Stig Hajvard mengatakan
konsep mediatisasi berbeda dengan konsep komunikasi satu arah. Mediatisasi
tidak hanya melihat bagaiamana pengaruh media terhadap masyarakat atau seberapa
cepat sebuah pesan tersampaikan. Mediatisasi justru melihat sejauh mana sebuah
wacana yang mereka bangun bisa mengubah struktur sosial dan relasi-relasi dalam
masyarakat.
Kita bisa melihat bagaimana
media melakukan proses mediatisasi pada AKSI 212 setahun silam. Berawal dari ucapan
Ahok mengenai surat Al Maidah yang menyebar di media sosial, media mainstream
pun memproduksinya menjadi wacana. Pro kontra pun dimunculkan oleh media,
menghadirkan pendapat dari kedua pihak baik yang mendukung dan melawan. Sebagai
konsumen, kita dibentuk menjadi objek pasif yang harus ikut pilihan yang telah
dibuat oleh media tanpa bisa menentukan pilihan sendiri (aktif).
Menurut Stig pada prosesnya
media tidak lagi menjadi independen tapi mulai terintegrasi dengan institusi
lainnya seperti politik, agama dan yang lainnya. Institusi ini kemudian saling
memengaruhi dalam membentuk wacana. Stig menyebutnya medialogic, di mana pada kasus
ini wacana agama mulai dikaitkan dengan politik. Media mengkonstruksi pikiran
kita merasa menjadi bagian yang dihina. Lalu kemudian kita sebagai masyarakat
akhirnya tunduk dengan wacana yang dibangun oleh media. Kita dibuat harus
memilih membela atau tidak, ikut aksi atau tidak, mengikuti logika yang
dibangun oleh media.
Wacana agama kini mulai
diarahkan ke wacana politik dimana saat bersamaan Ahok merupakan salah satu
kandidat dalam Pilkada. Wacana ini dibenturkan untuk mengantisipasi Ahok
memenangkan pilkada. Isunya pun berkembang tidak hanya membahas penistaan agama
tapi juga pilkada. Kalau kata Stig di sinilah kita bisa menyaksikan adanya
integrasi antara media dan institusi lain dalam hal ini politik dan agama.
Merujuk perkataan Stig Hjarvad kita bisa
melihat adanya perubahan dalam hal penyampaian informasi dan menggalang massa
yang menggunakan berbagai macam platform media. Saat itu kita bisa menyaksikan
banyaknya wacana yang dibagikan di media baik cetak, tv terutama sosial media. Hal ini terjadi secara terstruktur, sistematis
dan massif. Terjadi perubahan relasi antar masyarakat karena wacana yang
dibangun oleh media ini. Mereka mengdikotomikan, pihak pro dan kontra yang tak
jarang saling debat dan hujat padahal mereka bukanlah bagian yang dari sesuatu
yang diucapkan oleh Ahok. Pada kasus ini Stig mengatakan bahwa media telah
mengubah pola hubungan perilaku masyarakat dalam menanggapi wacana agama atau
politik.
Mediatisasi dapat dilihat terjadi saat aksi berlangsung. Bukan lagi soal agama tapi juga menjadi lahan bisnis. Representasi orang islam di dalam aksi itu mengikuti framing media yaitu berbaju putih, memakain peci atau bersorban. Maka tak sedikit yang kita lihat ke sana hanya menggunakan simbol itu saja tanpa tahu apa sebenranya makna aksi itu.
Perubahan pandangan
masyarakat pun akhirnya bergeser. Kita bisa melihat secara langsung penurunan
jumlah pemilih Ahok saat Pilkada. Lalu kemudian dalam jangka panjang akan
mengubah cara pandang masyarakat dalam menetapkan pilihan-pilihan politisnya,
seiman atau tidak, sesuku atau bukan. Relasi-relasi sosial akan berubah menjadi
pola hubungan yang tesegregasi.
sebuah tugas kuliah
teori-teori media
Komentar
Posting Komentar