Langsung ke konten utama

MEDIA DAN KONSTRUKSI SUBJEK FREUD DAN LACAN

Phychoanalysis Subject
Ketika anda bertanya who am I akan ada pertanyaan self, individual, identity, subjectivity, subject. Self adalah kualitas dari I atau subtansi yang ada dalam diri saya. I menurut Rene Descartes, cogito ergo sum, I think, therefore I am. Saya ada ketika saya memiliki kapasitas berpikir, nalar dan rasio. I yang otonom, rasional dan conscious. Inilah I yang dianggap oleh Descartes. Jadi I adalah diri yang menjadi inisiator tindakan, self-contained, self-constituted. Bukan akibat tapi sebab dalam dirinya. I adalah diri yang koheren, fixed, stabil, unified. Dia selalu menjadi awal dari dirinya. Dan selalu kita kenal dengan istilah Cartesian ego dan menunjukkan knowing individual. Individu yang dimaksud adalah individu yang knowing. Kata I think itu menunjukkan kalau seseorang itu  selalu sadar.

Subjectivity adalah sebuah proses produksi diri, process by which we become a person, the I.  pembentukan sense of self yang melibatkan tidak hanya consciousness tetapi juga unconsciousness. Maka ke-diri-an yang rasional, yang dikonstruksi dan dialami dalam kompleksitas sosial. Subject adalah produk dari subjectivity. I yang dikonstruksi secara sosial. Menjadi perempuan dan laki-laki tidak datang sejak lahir, tapi label diberikan saat anda lahir. Masyarakat sosialah yang memberikan. Makanya akan heran jika yang lahir tidak berada pada kedua pilihan itu, laki atau perempuan.

Padahal I itu bersifat relasional, tidak otonom, produk dari kesadaran dan ketidaksadaran. I merupakan produk dari sistem penanda atau disebut representasi. I bukanlah yang centered yang tahu segalanya, tapi decentered, tidak stabil, tidak final, becoming selalu on going.

Subject dan identity itu memiliki keterkaitan. Posisi yang diambil dan diidentifikasi oleh seseorang itulah yang disebut identitas. “saya siapa?” dijawab saya mahasiswa. Itu adalah proses mengindentifikasi diri. Ada konsepsi tentang “saya” bagaimana “saya” melihat diri sendiri dan bagaimana “orang lain” melihat “saya”. Cara anda membangun diri sendiri terkait bagaimana orang melihat anda, itulah yang disebut relasional. Bersifat relasional terkait dengan kesamaan dan perbedaan. (identity/difference; self/other; us/them).
Identitas terbagi dua perspektif yaitu esensialis dan non-esensialis. Esensialis percaya pada one true self, yang already exist, otentik dan tidak berubah sampai kapanpun. Non esensialis melihat identitas itu terus berubah selalu dalam proses becoming dan terus 
mengalami transformasi.

Ada tiga konsep subjek menurut Stuart Hall, pertama enlightenment subject yaitu memiliki inner core, fully centered dan unified. Memiliki kapasitas nalar, kesadaran dan tindakan. Otonom dan self-sufficient. Yang kedua  yaitu sociological subject itu memiliki inner core tapi tidak otonom karena identitas dibentuk melalui relasi antara diri (self) dengan orang tlain (significant others). Dan yang ketiga yaitu postmodern subject itu mengatakan person itu tidak pernah memiliki inner core. Identitas tidak pernah pemanen (fixd), selalu berubah dan mengalami transformasi. Diri yang koheren hanyalah sebuah fantasy.

Konstruksi Subjek Psychoanalisis
Ketidaksadaran  berperan dalam proses pembentukan subjek. Subjek produk dari proses identifikasi. Subjek selalu terbelah (split subject). Freud mengatakan split subject rational conscious life dan repressed desire of the uncouncious.

Lacan mengatakan subjek dibentuk dalam bahasa.  Pre-oedipal, relasi dyadic, ibu-anak, anak merasa dirinya adalah objek hasrat ibu. Anak merasa menjadi diri yang komplet dan utuh. Oedipal yaitu relasi triadic; ibu, anak, ayah. Anak sadar ibu menghasrati ayah bukan dirinya. Penis menjadi presence pada ayah dan absence pada ibu, menandakan kuasa seksual ayah atas ibu. Anak lelaki merasa muncul rivalitas dengan ayah, catration anxiety membuatnya merepresi hasrat seksual pada ibu, anak mencari subtitusi ibu. Sedangkan anak perempuan, proses mengenali lack/absence muncul penis-envy karena ibu penis-less hasrat anak dialihkan ke ayah, karena incest tak bisa maka anak mencari subtitusi ayah.
Imaginary order, mirror stage, primary identification. Anak merasa sebagai diri yang utuh, komplet. Relasi dyadic ibu-anak. Anak merasa diri sebagai objek hasrat ibu. Mirror stage, formasi ego melalui proses identifikasi imago. Anak pertama kali punya koneksi dengan objek di luar dirinya. Ego terbentuk dari misrecognation dan lack. Ego ideal menghasilkan feeling of wholeness. Bayi di umur 6-18 bulan melihat bayangan dirinya dalam cermin sebagai diri yang ideal. Dia salah paham karena orang di dalam itu adalah dirinya, dia mengira itu adalah sesuatu  yang lebih ideal. Dari sinilah terbentuk ego. Pada saat yang sama ketika mengidentifikasi diri sebagai sosok sempurna dalam cermin maka dia harus menjadi seperti yang dalam cermin.  Inilah yang biasa kita kenal sebagai role model.  Ego yang dibentuk itu fragmented, alienated ego. Yang dalam cerminlah yang disebut sebagai other yang imajiner, yang spectacular imago.

Dalam konteks mirror stage subjek akan selalu merasa lack dan berusaha menutupi lack itu. Lack memunculkan desire dan subjek selalu berusaha memuasakan desire. Subject (ego) is the discourse of the other (object petit a). other (objet petit a) adalah imaginary ego yang dibayangkan sebagai whole, unfied dan coherent.

Symbolic order, language dan culture, secondary identification. Formasi subjek (ego) menjadi komplit dengan masuknya subjek ke dalam bahasa. Anak masauk dalam fase oedipal ketika ayah hadir dalam relasi dyadic dengan ibu. Ayah itu adalah bahasa, norma, kultur karena bias lelaki. Ayah merepresentasikan sebagai phallus yang menjadi objek hasrat ibu. Dianggap the name of father. Unconscious is the discourse of the Other  (Norma, budaya, agama, bahasa, aturan) itulah yang mengatur diri kita. Kata-kata yang muncul dari kita itu adalah penanda tentang apa yang ada dalam ketidaksadaran kita. The big other adalah absoule.

Konstruksi subjek dan hasrat subjek selalu terkait dengan other (sesuatu di luar diri) dan Other (bahasa. Subjek psychoanalisis adalah subjel yang lack. Phallus adalah symbol kuasa dan dominasi. Other representasikan larangan incest, paternal social order.

Real order sesuatu  yang tidak bisa dibahasakan. The real tidak bisa diketahui, ada tetapi di luar dari jangkauan bahasa.

sebuah catatan kuliah
media, politik, representasi 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEDIASI, POLYMEDIASI, REMEDIASI, MEDIATISASI

Semua aspek kehidupan akan termediatisasi. Di perpustakaan misalnya orang-orang tidak hanya membuka buku tapi juga gadget seperti laptop dan hp. Hp bukan lagi barang yang hanya dimiliki kelas tertentu dan tak bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari. Penggunaan gadget di Indonesia disebut multi screen users dengan 540 penggunaan gadget permenit tiap harinya (data tahun 2014). Penggunaan twitter ke-3 di dunia dengan 385 twit per detik (data tahun 2013). Tahun 2017 terdapat 155 million people pengguna internet di Indonesia.  Sehingga benar kata Walter Benjamin, cara kita memahami dunia menjadi distraktif. Kita tidak bisa lagi lepas dari paparan media. Billboard dan papan reklame atau spanduk merupakan bagian dari media, baik dalam kehidupan personal maupun praktik. Berbagai praktik dan relasi sosial dibangun dan dilakukan via media. Media telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Everything is mediated. Media as environment. Joshua Meynowitz (1990) mengatakan jik...

SPECTACLE GUY DEBORD

Spectacle, apa sih spectacle itu? Mari kita mengenali Guy Debord dari bukunya berjudul Society of The Spectacle. Dalam buku Guy Debord secara tersurat ia menulis "The spectacle is not a collection of images; it is a social relation between people that is mediated by images". Guy Debord mengatakan bahwa spectacle itu bukanlah tentang gambar yang diproyeksikan tapi lebih dari itu bagaimana citra atau iliitu ditunjukkan.  Guy Debord melihat ada kejanggalan dalam masyarakat pada saat itu. Mereka dulunya hanya mengenal konsep being dan having. Being berbicara tentang siapa saya yang berbicara tentang politic of me. Bahwa menjadi saya adalah sebuah proses. Dalam dunia kapitalisme being (saya) ditentukan oleh having tentang saya punya apa. Jadi siapa saya ditentukan oleh saya punya apa makanya dikatakan degradasi. Dalam dunia spectacle, munculah kata appering. Kata ini menjadi kunci dalam pembahasan Debord. Ia menyebutkan bahwa hal ini menjadi lebih penting di dunia spectacles...

PENGETAHUAN BEBAS KEPENTINGAN

Sebuah review BAB I, Pemisahan Pengetahuan dari Kepentingan dalam buku Kritik Ideologi oleh F Budi Hardiman. Bab ini menjelaskan bagaimana Pemisahan Pengetahuan dari Kepentingan itu dilakukan secara betahap.  Dimulai dari awal mula pengetahuan di masa Yunani Kuno itu belum mengenal sama sekali pemisahan antara yang teori dan praxis. Sebaliknya ada pertautan yang erat antara teori dan praxis dalam kehidupan sehari-sehari. Jadi dalam tradisi Yunani Kuno itu pengetahuan tidak dipisahkan dari kehidupan yang konkret atau  dengan kata lain disebut dengan istilah Bios Theoretikos.  Bios Theoretikos ini merupan suatu bentuk kehidupan atau jalan untuk mengolah dan mendidik jiwa dengan membebaskan manusia dari perbudakan oleh doxa (pendapat) dengan tujuan untuk agar manusi mencapai otonomi dan kebijaksanaan hidup.  Nah kita akan lacak bagaiamana kata Teori itu mengalami pergeseran. Kata theorea itu berasal tradisi kebudayaan Yunani Kuno. Theoros adalah wakil yang di...