Langsung ke konten utama

GO-JEK SEBAGAI MEDIATISASI PEMENUH KEBUTUHAN MASYARAKAT

Dalam artikel The Mediatization of Society, Hjarvard menjelaskan tentang mediasi dan mediatisasi yang mencakup teori pengaruh penggunaan media terhadap society and culture. Mediatisasi sendiri tidak terlepas dari pengaruh institusi, sebab mediatisasi merupakan proses dua arah dimana institusi perlu mengikuti logika media (media logic). Sedangkan, media sebagai institusi independen yang secara simultan menjadi modus operandi yang mempengaruhi culture and society.

Salah satu contoh kasus dalam pengertian di atas adalah, fenomena perubahan society semenjak adanya aplikasi GO-JEK. Berangkat dari kebutuhan masyarakat akan transportasi umum yang fleksibel, aman, dan murah gojek hadir memenuhi kebutuhan tersebut. Bahkan, keberadaan GO-JEK tidak hanya memenuhi kebutuhan transportasi tetapi juga memfasilitasi kebutuhan masyarakat di aspek lainnya yang berpengaruh pada interaksi sosial.

GO-JEK melaui aplikasinya mempermudah pelanggan untuk mendapatkan armada ojek tanpa harus pergi ke pangkalan seperti yang harus dilakukan sebelum adanya ojek online. Pemesanan hanya perlu mengaktivasi aplikasi di dalam smart phone. Aplikasi tersebut memfasilitasi driver GO-JEK untuk mendapatkan informasi berupa lokasi penjemputan, tujuan, serta metode pembayaran yang digunakan pelanggan. Hal ini sesuai dengan pemaparan dari Schulz dimana mediatisasi memperluas (extend), menggantikan (substitute), dan menggabungkan (amalgamation) proses interaksi dan komunikasi.  GO-JEK memfasilitasi kebutuhan pelanggan melalui berbagai macam feature yang memudahkan pelanggan (accomodate) termasuk dalam proses transaksi juga memberikan evaluasi bagi pihak GO-JEK itu sendiri. Hingga sejauh ini GO-JEK terus berkembang dengan menyediakan fasilitas pesan antar makanan (GO-FOOD), kurir dalam kota (GO-SEND), pembelian pulsa (GO-PULSA), pemesanan pijat (GO-MASSAGE), dan lainnya

Dari seluruh fasilitas tersebut, aplikasi GO-JEK menjadi sebuah fenomena virtualisasi dalam penyedia kebutuhan yang mempermudah masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang begitu menggantungkan kesehariannya pada aplikasi GO-JEK ini. Hal ini tidak bisa dipisahkan dengan media logic yang membuat seluruh proses mediatisasi di masyarakat dipahami sebagai proses dimana masyarakat semakin terikat dan tergantung pada media dan juga media logic itu sendiri. Media yang dimaksud di sini adalah aplikasi GO-JEK dan media logic di sini adalah aturan yang ditetapkan oleh pihak GO-JEK baik kepada institusi penyedia jasa juga kepada pelanggan.

sebuah tugas kuliah
teori-teori media

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEDIASI, POLYMEDIASI, REMEDIASI, MEDIATISASI

Semua aspek kehidupan akan termediatisasi. Di perpustakaan misalnya orang-orang tidak hanya membuka buku tapi juga gadget seperti laptop dan hp. Hp bukan lagi barang yang hanya dimiliki kelas tertentu dan tak bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari. Penggunaan gadget di Indonesia disebut multi screen users dengan 540 penggunaan gadget permenit tiap harinya (data tahun 2014). Penggunaan twitter ke-3 di dunia dengan 385 twit per detik (data tahun 2013). Tahun 2017 terdapat 155 million people pengguna internet di Indonesia.  Sehingga benar kata Walter Benjamin, cara kita memahami dunia menjadi distraktif. Kita tidak bisa lagi lepas dari paparan media. Billboard dan papan reklame atau spanduk merupakan bagian dari media, baik dalam kehidupan personal maupun praktik. Berbagai praktik dan relasi sosial dibangun dan dilakukan via media. Media telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Everything is mediated. Media as environment. Joshua Meynowitz (1990) mengatakan jik...

SPECTACLE GUY DEBORD

Spectacle, apa sih spectacle itu? Mari kita mengenali Guy Debord dari bukunya berjudul Society of The Spectacle. Dalam buku Guy Debord secara tersurat ia menulis "The spectacle is not a collection of images; it is a social relation between people that is mediated by images". Guy Debord mengatakan bahwa spectacle itu bukanlah tentang gambar yang diproyeksikan tapi lebih dari itu bagaimana citra atau iliitu ditunjukkan.  Guy Debord melihat ada kejanggalan dalam masyarakat pada saat itu. Mereka dulunya hanya mengenal konsep being dan having. Being berbicara tentang siapa saya yang berbicara tentang politic of me. Bahwa menjadi saya adalah sebuah proses. Dalam dunia kapitalisme being (saya) ditentukan oleh having tentang saya punya apa. Jadi siapa saya ditentukan oleh saya punya apa makanya dikatakan degradasi. Dalam dunia spectacle, munculah kata appering. Kata ini menjadi kunci dalam pembahasan Debord. Ia menyebutkan bahwa hal ini menjadi lebih penting di dunia spectacles...

PENGETAHUAN BEBAS KEPENTINGAN

Sebuah review BAB I, Pemisahan Pengetahuan dari Kepentingan dalam buku Kritik Ideologi oleh F Budi Hardiman. Bab ini menjelaskan bagaimana Pemisahan Pengetahuan dari Kepentingan itu dilakukan secara betahap.  Dimulai dari awal mula pengetahuan di masa Yunani Kuno itu belum mengenal sama sekali pemisahan antara yang teori dan praxis. Sebaliknya ada pertautan yang erat antara teori dan praxis dalam kehidupan sehari-sehari. Jadi dalam tradisi Yunani Kuno itu pengetahuan tidak dipisahkan dari kehidupan yang konkret atau  dengan kata lain disebut dengan istilah Bios Theoretikos.  Bios Theoretikos ini merupan suatu bentuk kehidupan atau jalan untuk mengolah dan mendidik jiwa dengan membebaskan manusia dari perbudakan oleh doxa (pendapat) dengan tujuan untuk agar manusi mencapai otonomi dan kebijaksanaan hidup.  Nah kita akan lacak bagaiamana kata Teori itu mengalami pergeseran. Kata theorea itu berasal tradisi kebudayaan Yunani Kuno. Theoros adalah wakil yang di...