Langsung ke konten utama

PACARKU LIMA LANGKAH

Pernah dengar lagu pacarku lima langkah? Lagu yang rilis tahun 2008 ini menjadi bahan kajian kali ini. Menggunakan beberapa pendekatan yang disebutkan oleh Saukko. Ini sepotong lirik dari lagu tersebut.

"Pacarku memang dekat, lima langkah dari rumah, tak perlu kirim surat, sms juga gak usah..."


Dalam lagu ini menunjukkan bahwa sebuah hubungan pacaran harus intim, bisa ketemu atau setidaknya diakses melalui alat telekomunikasi. Yang menjadi pertanyaan adalah dalam lirik lagu ini menunjukkan realitas lain dalam dunia yang modern. Kenapa sentimen komunal dan primordial (pacaran dengan tetangga) tumbuh lagi dalam masyarakat modern?

Fenomena yang terjadi dalam lagu ini yaitu konsep cinta yang lahir dari proses, menunjukkan keintiman geografis, kedekatan lokalitas, ideologis dan kultural. Konteks lagu ini terjadi di masa modern.

Dalam lagu ini mengkritisi mediasi melalui alat komunikasi, handphone dan pulsa (ekonomi) dalam menjalin sebuah hubungan. Harus kirim ini itu, setiap satuan informasi telah bernilai materi. Modernitas menjadi beban bukan sebuah kemudahan terutama bagi mereka yang disiplin.

Ternyata love at the first time itu tidak murah. Kebebasan yang dijanjikan masyarakat modern itu ada harganya. Kebebasan butuh materi berupa uang untuk beli handphone, pulsa atau pun paket data. Pertanyaan filosofisnya, alat komunikasi itu menghubungkan atau menjauhkan?

Janji-janji modernitas tidak terbukti. Dorongan global memengaruhi kita menjadi konsumen alat telekomunikasi. Kita dibuat ketergantungan dengan mereka. Celakanya kita bukan produsen. Lagu ini memiliki konteks lokal, nasional dan global. Itulah kenapa fenomena ini terjadi dan muncul di era modern. 

Kembali pada hidup yang premordialisme atau etnisitas. Ini sebuah bentuk resistensi dari mereka. Mereka yang ingin kembali ke kampung dan hidup di sana. Tapi, jika kita lihat, lagu ini merupakan bagian dari industri musik di mana kapitalislah yang mendapatkan materi yang lebih banyak.


sebuah catatan kuliah
metodologi ilmu-ilmu sosial

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEDIASI, POLYMEDIASI, REMEDIASI, MEDIATISASI

Semua aspek kehidupan akan termediatisasi. Di perpustakaan misalnya orang-orang tidak hanya membuka buku tapi juga gadget seperti laptop dan hp. Hp bukan lagi barang yang hanya dimiliki kelas tertentu dan tak bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari. Penggunaan gadget di Indonesia disebut multi screen users dengan 540 penggunaan gadget permenit tiap harinya (data tahun 2014). Penggunaan twitter ke-3 di dunia dengan 385 twit per detik (data tahun 2013). Tahun 2017 terdapat 155 million people pengguna internet di Indonesia.  Sehingga benar kata Walter Benjamin, cara kita memahami dunia menjadi distraktif. Kita tidak bisa lagi lepas dari paparan media. Billboard dan papan reklame atau spanduk merupakan bagian dari media, baik dalam kehidupan personal maupun praktik. Berbagai praktik dan relasi sosial dibangun dan dilakukan via media. Media telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Everything is mediated. Media as environment. Joshua Meynowitz (1990) mengatakan jik...

SPECTACLE GUY DEBORD

Spectacle, apa sih spectacle itu? Mari kita mengenali Guy Debord dari bukunya berjudul Society of The Spectacle. Dalam buku Guy Debord secara tersurat ia menulis "The spectacle is not a collection of images; it is a social relation between people that is mediated by images". Guy Debord mengatakan bahwa spectacle itu bukanlah tentang gambar yang diproyeksikan tapi lebih dari itu bagaimana citra atau iliitu ditunjukkan.  Guy Debord melihat ada kejanggalan dalam masyarakat pada saat itu. Mereka dulunya hanya mengenal konsep being dan having. Being berbicara tentang siapa saya yang berbicara tentang politic of me. Bahwa menjadi saya adalah sebuah proses. Dalam dunia kapitalisme being (saya) ditentukan oleh having tentang saya punya apa. Jadi siapa saya ditentukan oleh saya punya apa makanya dikatakan degradasi. Dalam dunia spectacle, munculah kata appering. Kata ini menjadi kunci dalam pembahasan Debord. Ia menyebutkan bahwa hal ini menjadi lebih penting di dunia spectacles...

PENGETAHUAN BEBAS KEPENTINGAN

Sebuah review BAB I, Pemisahan Pengetahuan dari Kepentingan dalam buku Kritik Ideologi oleh F Budi Hardiman. Bab ini menjelaskan bagaimana Pemisahan Pengetahuan dari Kepentingan itu dilakukan secara betahap.  Dimulai dari awal mula pengetahuan di masa Yunani Kuno itu belum mengenal sama sekali pemisahan antara yang teori dan praxis. Sebaliknya ada pertautan yang erat antara teori dan praxis dalam kehidupan sehari-sehari. Jadi dalam tradisi Yunani Kuno itu pengetahuan tidak dipisahkan dari kehidupan yang konkret atau  dengan kata lain disebut dengan istilah Bios Theoretikos.  Bios Theoretikos ini merupan suatu bentuk kehidupan atau jalan untuk mengolah dan mendidik jiwa dengan membebaskan manusia dari perbudakan oleh doxa (pendapat) dengan tujuan untuk agar manusi mencapai otonomi dan kebijaksanaan hidup.  Nah kita akan lacak bagaiamana kata Teori itu mengalami pergeseran. Kata theorea itu berasal tradisi kebudayaan Yunani Kuno. Theoros adalah wakil yang di...